Pembangunan giant sea wall atau dam raksasa dianggap begitu mendesak karena penurunan muka tanah (land subsidence) terus terjadi dan tidak bisa dihindari. Bila tidak segera dilakukan diprediksi Jakarta bisa dilanda sunami kecil.
Peneliti geodesy Institut Teknologi Bandung, Heri Andreas mengatakan, dam raksasa giant sea wall merupakan solusi yang paling realistis diterapkan di Jakarta untuk menghindari bencana banjir yang makin parah tiap tahunnya.
Menurut Heri, yang paling mengkhawatirkan kalau terjadi di dekat pantai. Air laut bisa tumpah menggenangi daratan, seperti rob. Kejadian ini diprediksi bisa membuat tanah menurun hingga 6 meter.
"Terbayang nanti bukan rob lagi, tapi bisa jadi tsunami kecil melanda Jakarta," ungkap Heri kepada VIVAnews.com di Jakarta.
Heri mencontohkan, salah satu lokasi yang telah diteli bersama timnya adalah Pintu Air Pasar Ikan, Jakarta Utara. Kini air laut di kawasan itu telah mencapai dua meter, apabila pintu air dibuka bisa membuat bencana Situ Gintung terulang. "Kalau Situ Gintung airnya terbatas. Kalau ini air laut, kebayang bila airnya tak akan habis terus mengalir menggenangi seluruh area Jakarta," katanya.
Secara teori, Heri yang telah mengikuti penelitian ini sejak 1997 memastikan kalau penurunan muka tanah bisa dilakukan dengan menghentikan penggunaan air tanah dan mengisi kembali air laut yang masuk ke daratan. Masalahnya, lanjut dia, Jakarta belum memiliki alternatif penyedia air bersih bagi masyarakat. "Jakarta belum siap dengan surface water, itu yang menjadi dilema pemprov DKI," tegasnya.
Maka dari itu, sembari menunggu rencana pembuatan giant sea wall, DKI harus menyiapkan surface water. Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo rencananya akan membangun di Jatiluhur.
"Pilihannya berikutnya karena muka tanah terus menurun, maka kita buat seawall. Pembuatan seawall ini sebenarnya karena kita pesimis menyetop land subsidence, makanya kita bikin tanggul," paparnya.
0 komentar:
Posting Komentar